Abstrak: Artikel ini membahas secara mendalam pengertian passive voice dalam Bahasa Indonesia, perbedaannya dengan active voice, penggunaannya yang tepat, serta bagaimana menghindari penyalahgunaan passive voice dalam penulisan akademik dan jurnalistik. Artikel ini juga memberikan contoh-contoh konkret dan panduan praktis untuk meningkatkan kualitas penulisan dengan pemahaman yang komprehensif tentang passive voice.
Apa itu Passive Voice?
Passive voice atau kalimat pasif dalam Bahasa Indonesia adalah konstruksi kalimat di mana subjek kalimat menerima tindakan, bukan melakukan tindakan. Berbeda dengan active voice (kalimat aktif) di mana subjek melakukan tindakan, passive voice menekankan objek atau penerima tindakan daripada pelaku. Pemahaman mendalam tentang perbedaan ini sangat krusial untuk penulisan yang efektif dan jelas.
Ciri-Ciri Kalimat Pasif
Kalimat pasif umumnya dibangun dengan menggunakan bentuk kata kerja pasif yang seringkali berupa bentuk lampau kata kerja (misalnya, “dibaca,” “dibangun,” “diajak”) atau gabungan kata kerja bantu “di-” atau “ter-” dengan kata kerja utama. Perhatikan contoh berikut:
- Active Voice: Penulis menulis artikel ini. (Subjek: Penulis; Predikat: menulis; Objek: artikel ini)
- Passive Voice: Artikel ini ditulis oleh penulis. (Subjek: Artikel ini; Predikat: ditulis oleh; Objek tersirat: Penulis)
Perhatikan bahwa dalam kalimat pasif, objek dalam kalimat aktif menjadi subjek, sementara subjek kalimat aktif menjadi objek (atau tersirat, seperti contoh di atas). Kehadiran kata “oleh” (atau preposisi sejenis) untuk menandai pelaku tindakan juga menjadi ciri khas kalimat pasif, meskipun kata "oleh" terkadang dapat dihilangkan jika pelaku tidak penting atau tidak diketahui.
Perbedaan Active Voice dan Passive Voice
Perbedaan mendasar antara active voice dan passive voice terletak pada penekanannya. Active voice menekankan pelaku tindakan, membuat tulisan lebih langsung, dinamis, dan mudah dipahami. Sebaliknya, passive voice menekankan hasil tindakan atau objek yang dikenai tindakan. Hal ini dapat membuat tulisan terdengar lebih formal, tetapi juga dapat membuatnya menjadi kurang jelas dan bertele-tele jika digunakan secara berlebihan.
Berikut tabel perbandingan yang lebih rinci:
Fitur | Active Voice | Passive Voice |
---|---|---|
Penekanan | Pelaku tindakan | Objek atau hasil tindakan |
Gaya Penulisan | Langsung, dinamis, efektif | Formal, tidak langsung, dapat bertele-tele |
Kejelasan | Lebih jelas dan mudah dipahami | Dapat kurang jelas jika pelaku tidak disebutkan |
Keefektifan | Lebih efektif dan ringkas | Dapat kurang efektif dan bertele-tele |
Contoh | Mahasiswa membaca buku tersebut. | Buku tersebut dibaca oleh mahasiswa. |
Kapan Harus Menggunakan Passive Voice?
Meskipun active voice umumnya lebih disukai, passive voice memiliki tempatnya dalam penulisan tertentu. Penggunaan passive voice dapat dibenarkan dalam situasi berikut:
- Pelaku tidak diketahui: Contoh: Jendela rumah tersebut pecah. (Pelaku pemecah jendela tidak diketahui)
- Pelaku tidak penting: Contoh: Laporan keuangan telah diaudit. (Fokus pada laporan keuangan, bukan auditor)
- Untuk menekankan objek: Contoh: Buku ini telah diterjemahkan ke dalam sepuluh bahasa. (Fokus pada buku dan terjemahannya)
- Penulisan ilmiah/formal: Dalam penulisan ilmiah, passive voice sering digunakan untuk menghindari penggunaan kata ganti orang pertama (“saya,” “kami”) dan menciptakan kesan objektivitas. Contoh: Eksperimen dilakukan untuk menguji hipotesis.
Menghindari Penyalahgunaan Passive Voice
Penggunaan passive voice yang berlebihan dapat membuat tulisan menjadi membosankan, tidak jelas, dan sulit dipahami. Untuk itu, perhatikan beberapa tips berikut:
Identifikasi kalimat pasif: Bacalah tulisan Anda dengan teliti dan identifikasi kalimat-kalimat pasif.
Ubah ke kalimat aktif: Ubah kalimat pasif menjadi kalimat aktif sebanyak mungkin. Tanyakan pada diri Anda, “Siapa yang melakukan tindakan tersebut?”
Perhatikan konteks: Pertimbangkan apakah penggunaan passive voice memang diperlukan dalam konteks tertentu.
Gunakan variasi kalimat: Kombinasikan active voice dan passive voice untuk menciptakan variasi dan menghindari monotonitas.
Kesimpulan
Memahami passive voice dan perbedaannya dengan active voice merupakan kunci untuk menulis dengan efektif dan efisien. Meskipun passive voice memiliki perannya, penggunaan yang berlebihan harus dihindari. Dengan menguasai kedua jenis kalimat ini, Anda dapat menulis teks yang jelas, ringkas, dan mudah dipahami oleh pembaca. Selalu prioritaskan active voice kecuali ada alasan yang kuat untuk menggunakan passive voice. Dengan demikian, tulisan Anda akan lebih berkesan dan mudah diingat.